Awali Harimu Dengan Bersyukur


 

Awali Harimu Dengan Bersyukur

 

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, manusia sering kali terjebak dalam siklus perbandingan dan ambisi yang tak berujung. Kita melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih baik, lebih mudah, dan lebih indah. Kita pun bertanya-tanya: “Mengapa dia bisa mendapatkan itu, sementara aku tidak? Mengapa hidupku terasa berat sementara hidup orang lain terlihat mulus?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kerap menghantui pikiran, memicu rasa tidak puas, bahkan membuat kita lupa satu hal yang paling esensial dalam hidup: bersyukur.

Mengapa Kita Harus Memulai Hari dengan Bersyukur?

Setiap pagi adalah anugerah. Ketika kita terbangun dari tidur, tubuh masih bernyawa, napas masih mengalir, dan dunia masih menyambut kita, itu adalah nikmat luar biasa yang tidak semua orang dapatkan. Bersyukur sejak awal hari bukan hanya soal mengucapkan “Alhamdulillah”, tetapi tentang menyadari dengan sepenuh hati bahwa hidup ini penuh dengan berkah — sekecil apa pun itu.

Bersyukur membuat kita melihat hidup dari sudut pandang yang lebih positif. Daripada memulai hari dengan keluhan atau kecemasan, kita mengawali hari dengan penuh harapan dan ketenangan. Rasa syukur menciptakan ruang di dalam hati untuk menerima, memahami, dan menghargai proses hidup, bahkan ketika itu menyakitkan.

Perjalanan Hidup dan Ujian yang Mendidik

Setiap manusia tentu memiliki keinginan dan cita-cita — ingin sukses, ingin memiliki harta, ingin dicintai, ingin dihormati. Namun, keinginan tersebut sering kali tidak datang secara instan. Ada proses panjang, penuh liku, bahkan menyakitkan, yang harus dilalui terlebih dahulu.

Kita merasa sedih saat melihat orang lain berhasil lebih cepat. Kita merasa iri ketika melihat mereka tampak bahagia. Tapi tahukah kita, bahwa di balik pencapaian mereka juga tersimpan perjuangan, air mata, dan kekecewaan yang tidak tampak oleh mata?

Allah SWT tidak serta merta memberikan segalanya dengan mudah. Sebab, jika segala hal diberikan secara instan tanpa melalui kesulitan, maka kita akan mudah lupa diri, terbuai oleh kenikmatan dunia, dan menjadi hamba yang lalai. Justru melalui ujian dan kesulitan, kita belajar arti tawakal, ikhtiar, dan sabar. Ketika derajat kita diangkat oleh Allah setelah melalui proses yang berat, kita akan menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih rendah hati, dan lebih bersyukur.

Semua Orang Memiliki Ujian dan Nikmatnya Masing-masing

Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap orang memiliki ujian dan nikmat yang berbeda-beda. Ada yang diuji dengan kemiskinan, ada yang diuji dengan kekayaan. Ada yang memiliki pasangan cantik namun sulit diatur, ada yang memiliki pasangan sederhana namun penurut dan setia. Semua memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Ketika kita menyadari hal ini, maka kita tidak akan lagi merasa iri terhadap kehidupan orang lain. Kita akan lebih fokus pada kehidupan kita sendiri dan bagaimana cara kita menyikapinya. Bersyukur tidak hanya pada hal-hal besar, tapi juga pada hal-hal kecil: bisa makan hari ini, bisa tertawa bersama keluarga, bisa bekerja, bisa tidur dengan nyenyak — semuanya adalah nikmat yang sangat layak untuk disyukuri.

Syukur vs. Keluhan: Mana yang Kita Pilih?

Rasa syukur adalah pilihan. Begitu juga dengan keluhan. Ketika kita memilih untuk bersyukur, maka hati kita akan tenang, pikiran kita lebih jernih, dan hidup terasa lebih bermakna. Namun, ketika kita terus mengeluh, merasa kurang, merasa tidak adil, maka hawa nafsu akan dengan mudah menguasai diri kita. Nafsu yang tidak terkendali akan menjerumuskan kita pada dosa: iri hati, tamak, rakus, bahkan hingga menghalalkan segala cara.

Allah telah memperingatkan dalam Al-Qur'an:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.”
(QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini sangat jelas menyatakan bahwa bersyukur adalah kunci bertambahnya nikmat. Sebaliknya, kufur nikmat atau tidak bersyukur akan mendatangkan azab. Maka dari itu, bersyukur bukan hanya sebagai etika spiritual, tapi juga sebagai bentuk perlindungan diri dari kebinasaan.

Syukur Sebagai Tameng di Zaman Modern

Kehidupan zaman sekarang memang penuh godaan. Kemajuan teknologi dan informasi membuat kita semakin mudah melihat kehidupan orang lain, membandingkan diri kita dengan standar dunia, dan pada akhirnya merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki.

Oleh karena itu, memiliki iman yang kuat sangat penting di era ini. Iman akan menjaga hati kita tetap tenang, pikiran kita tetap waras, dan tindakan kita tetap berada di jalan yang benar. Rasa syukur adalah bagian dari keimanan. Ketika kita bersyukur, kita mengakui bahwa semua berasal dari Allah dan kembali kepada-Nya. Kita tidak merasa sombong atas apa yang kita miliki dan tidak merasa putus asa atas apa yang belum kita dapatkan.

Melatih Diri untuk Bersyukur

Bersyukur memang mudah diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan secara konsisten. Maka dari itu, kita perlu melatihnya setiap hari:

  1. Mulai hari dengan dzikir dan doa – Luangkan waktu beberapa menit setiap pagi untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah.
  2. Buat jurnal syukur – Tulis minimal tiga hal setiap hari yang bisa kamu syukuri.
  3. Kurangi membandingkan diri – Fokus pada hidupmu sendiri, bukan pada apa yang orang lain miliki.
  4. Sadari nikmat kecil – Nikmati secangkir kopi, sinar matahari pagi, atau tawa anak-anak sebagai berkah.
  5. Bersyukur dalam doa, bukan hanya dalam hati – Ucapkan “Alhamdulillah” secara lisan agar tertanam kuat dalam diri.

Hidup yang Bermakna Dimulai dari Hati yang Bersyukur

Ketika kita menjadikan syukur sebagai landasan hidup, maka kita tidak akan mudah terombang-ambing oleh keadaan. Kita tidak akan mudah terprovokasi oleh pencapaian orang lain, dan kita tidak akan mudah merasa kurang.

Memulai hari dengan bersyukur bukan hanya memberikan ketenangan batin, tapi juga membuka pintu-pintu rezeki dan rahmat dari Allah SWT. Bersyukur menjadikan hidup lebih berarti, penuh makna, dan damai meskipun dalam kesederhanaan.

Jadi, sebelum kamu memulai aktivitas hari ini, tarik napas dalam-dalam, tutup matamu sejenak, dan ucapkan dalam hati:

“Terima kasih Ya Allah, untuk hari ini, untuk hidup ini, dan untuk segala nikmat yang telah Kau berikan.”

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KULTUM: “Pintu-Pintu Rezeki dalam Islam”

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya, bai...