AMALAN UTAMA DIBULAN ZULHIJJAH
Kita bersyukur kepada Allah yang telah mempertemukan kita dengan
salah satu bulan yang paling mulia, yaitu bulan Zulhijjah. Sebuah bulan yang di
dalamnya terdapat dua ibadah besar yang menunjukkan keikhlasan, ketundukan, dan
cinta seorang hamba kepada Tuhannya, kita bersyukur dengan cara memaksimalkan
potensi yang kita miliki untuk melaksanakan ibadah, yaitu puasa Hari Arafah dan
ibadah qurban.
Hari Arafah adalah salah satu hari paling agung dalam kalender
Islam. Bagi jamaah haji, Hari Arafah adalah puncak dari ibadah haji, di mana
mereka berdiri di Padang Arafah untuk berdoa, bertaubat, dan memohon ampunan.
Bahkan Rasulullah ﷺ bersabda:
“Al-Hajj Arafah”
"Haji adalah Arafah."
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya hari tersebut dalam
rangkaian ibadah haji.
Namun bagi kita yang tidak menunaikan ibadah haji, jangan merasa
kehilangan! Allah tetap memberikan kesempatan emas melalui puasa di hari Arafah,
sebuah amalan yang bisa dilakukan oleh semua umat Islam di mana pun mereka
berada.
“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar ia menghapus
dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
(HR. Muslim no. 1162)
Puasa Arafah dikhususkan bagi mereka yang tidak sedang berhaji.
Bagi jamaah haji, puasa ini tidak dianjurkan karena mereka butuh tenaga untuk
berwukuf dan menjalankan ibadah haji yang berat. Hal ini berdasarkan hadis
Ummul Fadhl yang menyebutkan bahwa Nabi ﷺ tidak
berpuasa di Arafah ketika berhaji.
Namun bagi kita yang berada di rumah, di kantor, di sekolah, maka
berpuasa di Hari Arafah adalah kesempatan emas yang jangan disia-siakan.
Tak kalah penting adalah ibadah qurban yang dilakukan mulai 10
Zulhijjah (Hari Raya Iduladha) hingga akhir hari Tasyrik (13 Zulhijjah).
Ibadah qurban bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi sebuah simbol
pengorbanan dan ketaatan kepada Allah.
Kita mengingat kembali kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Saat
Ibrahim diperintahkan menyembelih putranya, dalam surat As-Shaffat ayat 102 :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ
فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ
ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
" Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana
pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang
diperintahkan Allah kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku sebagai orang
yang sabar."
(QS. Ash-Shaffat: 102)
Namun Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai tanda
diterimanya pengorbanan dan keikhlasan mereka.
Hukum qurban adalah sunnah muakkadah bagi yang mampu, bahkan
sebagian ulama menyatakan wajib.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang memiliki kemampuan, tetapi tidak berqurban,
maka janganlah dia mendekati tempat salat kami."
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) al-Kautsar.”
🧠 Penjelasan:
- “Innaa” (إِنَّا)
→ Menunjukkan penegasan dan kemuliaan.
- “A'taynaaka” (أَعْطَيْنَاكَ)
→ Kami telah memberikan kepadamu, bukan sekadar hadiah biasa, tapi
karunia yang agung.
- “Al-Kautsar” (الْكَوْثَرَ):
- Kata "kautsar" berasal dari
kata katsir (banyak). Menurut banyak ulama tafsir, ini adalah
bentuk superlatif, artinya kebaikan yang melimpah-ruah.
- Menurut Ibnu Abbas, Al-Kautsar adalah
segala bentuk kebaikan yang Allah berikan kepada Nabi ﷺ, baik di dunia maupun akhirat.
- Dalam hadis sahih, Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa Al-Kautsar adalah
sebuah telaga di surga, lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dan
siapa yang meminumnya tidak akan haus selamanya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan ayat ini:
Allah sedang menenangkan dan menguatkan hati Rasulullah ﷺ bahwa Dia telah memberikan beliau karunia yang sangat besar,
sebagai penyejuk dari ejekan kaum kafir Quraisy.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya:
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.
- “Fashalli lirabbik” → Lakukan salat ikhlas
hanya karena Allah. Bukan untuk manusia, bukan untuk riya’.
- “Wanhar” → Berqurbanlah.
- Menurut ulama tafsir, ini menunjuk pada menyembelih
hewan qurban sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan.
- Dalam konteks sejarah, ini juga
membedakan cara ibadah umat Islam dari kaum musyrik yang menyembelih
untuk berhala.
Makna mendalam ayat ini:
Setelah menerima nikmat luar biasa, maka bentuk syukur yang paling utama adalah
dengan:
- Ibadah yang murni (salat),
- Pengorbanan yang tulus (qurban).
Hikmah Qurban
- Tanda syukur atas nikmat rezeki
- Membiasakan diri berbagi dan peduli
terhadap fakir miskin
- Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim a.s
- Melatih keikhlasan dan pengorbanan