Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Saya wasiatkan kepada diri saya
sendiri dan juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa bertakwa kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan takwa yang sebenar-benarnya. Takwa adalah
bekal terbaik dalam hidup dan kematian.
Pada kesempatan Jumat yang mulia
ini, khutbah kita mengangkat tema: “Rizki Tidak Datang Kepada yang Diam.”
Sering kali kita berpikir bahwa rizki
akan datang dengan sendirinya. Duduk saja, menunggu keberuntungan, berharap
mukjizat datang dari langit. Padahal, rizki itu datang setelah ada gerak,
ada usaha, ada ikhtiar. Tidak cukup dengan berdoa sambil duduk diam, tapi
harus dibarengi dengan tindakan nyata.
Bayangkan seseorang sedang haus
di dalam masjid. Ia duduk diam, tidak bersuara, tidak bergerak. Apakah hausnya
akan hilang? Tidak. Tapi kalau dia bangkit, melangkah, lalu berkata,
"Pak, saya haus sekali.
Bolehkah saya minta air?"
Maka dengan izin Allah, air itu
keluar. Bahkan mungkin bukan hanya air, bisa jadi juga diberi makanan. Apa
pelajarannya? Kalau kita bergerak, meminta dengan cara yang baik, melakukan
sesuatu, maka pintu rizki itu akan terbuka.
Sebaliknya, jika kita hanya
diam, hanya pasrah tanpa usaha, kita justru sedang menutup pintu rizki
itu sendiri. Kita sedang menjauhkan diri dari sunnatullah dalam memperoleh
rezeki.
Jamaah Jumat yang dirahmati
Allah,
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan bahwa manusia hanya
memperoleh apa yang telah diusahakannya."
(QS. An-Najm: 39)
Ayat ini menegaskan bahwa usaha
adalah kunci. Rezeki tidak turun dari langit begitu saja tanpa upaya.
Bahkan burung pun harus keluar dari sarangnya di pagi hari, terbang, mencari
makan, baru kembali dalam keadaan kenyang.
Rezeki itu harus dicari, harus
dijemput, dan diperjuangkan. Tapi tentu, dengan cara yang halal,
dengan penuh kesabaran, dan dengan keyakinan bahwa Allah tidak akan
mengecewakan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.
Ma’asyiral Muslimin,
Ketahuilah bahwa rizki itu
ibarat air yang mengalir. Tapi air itu tidak akan sampai kepada orang yang
malas menggali. Air tidak akan masuk ke rumah orang yang enggan membuka pintu.
Begitu juga rezeki. Ia tidak datang kepada mereka yang pasif dan enggan
berusaha.
Perhatikan hal-hal sederhana di
sekitar kita. Seorang tukang parkir, hanya dengan berkata,
“Mundur, mundur, balas kiri,
balas kanan…”
Maka dengan kalimat kecil itu, rezeki pun mengalir. Kita memberi dua
ribu, ia ucapkan,
“Terima kasih, Pak.”
Kita beri lima ribu,
“Terima kasih, Om.”
Kita beri sepuluh ribu,
“Terima kasih, Bos!”
Apa pelajarannya? Satu kalimat
kecil yang disertai usaha, bisa menghadirkan rezeki. Artinya, setiap
langkah kita, sekecil apapun, bisa menjadi pembuka pintu keberkahan dari langit
dan bumi.
Begitu pula ketika kita sedang
berjuang mencari pekerjaan. Kita mungkin ditolak berkali-kali. Hari pertama
gagal, hari kedua tidak ada kabar, hari ketiga juga nihil. Tapi setelah satu
minggu, sebulan, tiba-tiba datang tawaran pekerjaan dengan gaji di luar
ekspektasi.
Itulah bentuk lain dari rezeki: hasil
akumulasi ikhtiar kita. Usaha kita tidak hilang. Hanya saja, Allah
sedang menunda untuk waktu yang lebih baik. Karena Allah Maha Mengetahui
kapan waktu yang paling tepat untuk memberi.
Jangan diam. Bergeraklah.
Karena setiap gerakan kita dalam mencari rezeki, jika disertai kejujuran dan
tawakal, akan menjadi wasilah turunnya pertolongan Allah.
Penutup Khutbah
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Mari kita tingkatkan semangat
dalam bekerja dan berusaha, dalam belajar dan berdagang, dalam menafkahi
keluarga dengan jalan halal. Karena itu adalah bentuk ibadah yang bernilai
tinggi di sisi Allah. Dan jangan lupa, iringi setiap usaha dengan doa dan
tawakal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar