Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Dia yang menciptakan manusia dengan segala fitrah dan ujian. Shalawat dan
salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, suri teladan yang
membimbing umat ini dari kegelapan menuju cahaya Islam.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Hari ini kita hidup dalam zaman yang penuh tantangan bagi generasi
muda. Segala hal yang bisa membangkitkan syahwat tersedia dengan mudah di
genggaman: layar smartphone, media sosial, tontonan, bahkan pergaulan yang
kadang tanpa batas. Namun, Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan
panduan.
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Yā ma'syaras-syabāb, manis-taṭā'a minkumul-bā'ah fal yatazawwaj.
Fa innahu aghaḍḍu lil-baṣar wa aḥṣanu lil-farj. Wa man lam yastaṭi', fa 'alaihi
bis-ṣawm, fa innahu lahu wijā’.”
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah mampu,
maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan. Dan barangsiapa belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa
itu dapat menjadi tameng baginya.”
Perhatikan bagaimana Rasulullah langsung mengarahkan solusi. Bagi
yang sudah siap — baik secara fisik, finansial, emosi, dan mental — nikah
adalah jalan utama. Karena menikah akan menjaga diri dan menyempurnakan
iman.
Namun bagi yang belum mampu, Islam tidak membiarkan kita
larut dalam godaan. Nabi tidak menyuruh "tunggu saja", atau
"ikuti saja arus", tapi “fa ‘alaihi bis-shaum” — berpuasalah!
Hadirin rahimakumullah,
Kenapa puasa?
Karena puasa bukan hanya menahan lapar dan haus. Puasa adalah latihan
spiritual dan biologis. Ia menekan dorongan nafsu. Dalam kondisi lapar,
hormon-hormon syahwat menjadi lebih tenang. Puasa melatih jiwa untuk tidak
cepat memenuhi keinginan, termasuk keinginan yang halal tapi belum waktunya.
Puasa itu benteng. Ia adalah “wijā’” — pelindung, penjinak hawa nafsu. Maka jika
hasrat biologis sudah muncul, tapi kita tahu belum siap untuk menikah, jangan
biarkan diri kita terombang-ambing. Jangan biarkan syahwat tumbuh liar, tanpa
dikendalikan.
Ingat, kesiapan menikah itu bukan hanya soal uang. Banyak
yang punya harta tapi tidak punya kontrol emosi. Banyak yang punya rumah
tapi tidak punya kesabaran menghadapi pasangan. Maka jika kita merasa
belum siap dalam aspek itu semua, mari kita tempuh jalan pelatihan diri:
dengan puasa.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Kita bisa mulai dengan puasa Senin-Kamis, atau puasa Daud,
atau puasa sunnah lainnya. Di situ kita belajar sabar, belajar mengatur waktu,
belajar menahan emosi. Dan semua itu adalah bekal pernikahan nanti.
Karena pernikahan bukan hanya tentang cinta dan kemesraan. Ia
adalah tentang komitmen, tanggung jawab, dan kesanggupan
mengelola diri serta pasangan.
Maka wahai para pemuda dan pemudi, jika saat ini belum mampu
menikah, jangan pasrah, tapi berjuanglah menjaga diri. Latih
dirimu dengan ibadah, dengan puasa. Karena syahwat itu seperti api: jika tidak
diarahkan, ia membakar. Tapi jika dikendalikan, ia menghangatkan kehidupan.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari fitnah zaman, dan
menuntun kita menuju pernikahan yang berkah dan penuh ridha-Nya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar