Sering kali dalam perjalanan hidup, kita merasa goyah. Kecemasan
datang begitu saja, menyergap hati dan menyesakkan dada. Kita merasa gelisah,
seperti dunia runtuh menimpa pundak sendiri. Rasanya masalah yang datang kali
ini terlalu berat, terlalu besar untuk diselesaikan. Namun, saat itu terjadi,
berhentilah sejenak dan renungkan satu hal: Apakah ini benar-benar masalah
terbesar yang pernah kau hadapi?
Jika kita jujur terhadap diri sendiri, mungkin jawabannya adalah
tidak. Dulu, berapa banyak masalah yang telah datang menghampiri? Berapa kali
air mata jatuh, dada terasa sesak, dan hati merasa lelah? Namun buktinya, kita
ada di sini sekarang. Kita telah melewati semua itu. Ribuan tantangan,
kesulitan, bahkan penderitaan yang dulu terasa mustahil dilewati, kini telah
menjadi bagian dari masa lalu. Kita tidak hanya berhasil melalui semuanya, kita
tumbuh, kita belajar, dan menjadi lebih kuat karena itu.
Maka, mengapa kini kita merasa tak sanggup menghadapi yang satu
ini? Kenapa begitu mudah kita membiarkan kecemasan menguasai diri?
Ini bukan tentang meremehkan kesulitan yang tengah dihadapi,
melainkan tentang menanamkan kembali kesadaran akan kemampuan kita sendiri.
Kita telah terbukti tangguh. Kita telah berkali-kali berhasil bangkit. Maka
masalah hari ini, seberat apa pun tampaknya, tetap berada dalam jangkauan
penyelesaian. Tidak ada alasan untuk larut terlalu dalam dalam kesedihan.
Terkadang kita hanya perlu jeda—untuk melihat masalah dari
kejauhan, bukan dari tengah badai. Dengan begitu, kita bisa menata ulang cara
berpikir, menyejukkan hati, dan menguatkan jiwa. Karena pada akhirnya, semua
ini bukan semata-mata soal kekuatan logika, tapi soal keteguhan hati.
Keyakinan adalah kunci. Dan dalam keyakinan itu, ada janji dari
Tuhan. Allah SWT berfirman, "Inna ma’al ‘usri yusro", yang
artinya: "Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." Ini
bukan hanya ayat yang indah didengar atau dibaca, tetapi janji langsung dari
Sang Pencipta bahwa tidak ada kesulitan yang datang tanpa disertai jalan
keluar. Bukan setelah kesulitan, tetapi bersama kesulitan.
Kalimat itu—yang pendek namun penuh makna—merupakan pelita di
saat-saat tergelap dalam hidup. Ia adalah pengingat bahwa kita tidak sendiri.
Bahwa setiap ujian yang kita hadapi bukan semata-mata cobaan, melainkan sarana
agar kita lebih dekat dengan Tuhan, agar kita bisa mengasah kesabaran dan
memperkuat keimanan. Sebab, jika kita meyakini bahwa Allah Maha Tahu dan Maha
Penyayang, kita juga harus percaya bahwa setiap ujian pasti ada maksudnya, dan
pasti akan ada akhirnya.
Dan jangan pernah lupa satu hal penting: Allah tidak akan membebani
hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Maka jika ujian ini datang kepadamu, itu
artinya kamu mampu menghadapinya. Kamu sudah dipilih oleh-Nya sebagai
orang yang sanggup melewati semua ini. Tidak mungkin Allah menitipkan beban
yang tidak bisa kamu pikul. Maka yakinlah, bahwa kekuatan itu sudah ada dalam
dirimu. Tinggal bagaimana kamu menggalinya.
Bersikap tenang bukan berarti menyepelekan masalah, tetapi bentuk
dari kepercayaan bahwa semua akan baik-baik saja. Ketenangan datang dari
keimanan, bukan dari situasi luar. Dan saat iman kuat, badai sebesar apa pun
terasa bisa dihadapi. Bahkan jika dunia runtuh, hati tetap bisa berdiri tegak
karena yakin bahwa semua akan selesai pada waktunya.
Maka jangan biarkan dirimu larut dalam kesedihan. Hadapilah dengan
keyakinan. Sebab masalah hanya akan sebesar cara kita memandangnya. Jika kita
melihatnya sebagai akhir, maka segalanya terasa gelap. Tapi jika kita
melihatnya sebagai proses menuju solusi, maka akan selalu ada cahaya di ujung
lorong.
Mari tanamkan pada diri sendiri satu kalimat sederhana namun
mendalam: “Pasti selesai, pasti tuntas.” Kalimat itu bukan sekadar
harapan kosong, tetapi terjemahan langsung dari janji Allah. Bukan sekadar
motivasi buatan manusia, tetapi cahaya yang bersumber dari firman-Nya.
Jangan biarkan hari ini membebani masa depan. Ingatlah bahwa malam
yang paling gelap selalu diikuti oleh fajar yang paling terang. Bertahanlah.
Berjuanglah. Dan yakinlah—seberat apa pun hari ini terasa, akan datang saat di
mana kamu tersenyum dan berkata: “Alhamdulillah, aku berhasil melewati
semuanya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar