Dalam Islam, kasih sayang Allah kepada hamba-Nya adalah aspek
paling sentral dari pemahaman tentang Tuhan. Nama-nama Allah yang paling sering
disebut dalam Al-Qur’an—Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan Ar-Rahim
(Yang Maha Penyayang)—menunjukkan dimensi kasih yang tak terhingga ini. Sifat Rahman
adalah bentuk kasih sayang Allah yang mencakup semua makhluk, tanpa kecuali, di
dunia ini. Sedangkan Rahim adalah kasih sayang spesial yang diberikan
hanya kepada orang-orang beriman di akhirat kelak.
Sifat Rahman adalah bentuk cinta universal Allah yang
menembus batas-batas agama, bangsa, dan tingkatan amal. Semua manusia, bahkan
yang tidak beriman, tetap merasakan nikmat kehidupan, udara, makanan, dan
kesehatan. Semua itu berasal dari Rahman-Nya. Allah tidak membedakan dalam
memberikan rezeki dan karunia dunia kepada makhluk-Nya. Ini adalah bentuk kasih
sayang yang membuktikan bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam.
Sedangkan sifat Rahim memiliki cakupan yang lebih khusus. Ia
adalah kasih yang disimpan Allah untuk mereka yang beriman dan menjadikan Allah
sebagai satu-satunya Tuhan dalam hidupnya. Mereka adalah orang-orang yang
menghadapi ujian dan kesulitan dunia dengan kesabaran dan keyakinan bahwa semua
itu adalah bagian dari skenario Ilahi yang penuh hikmah.
Jembatan Ujian: Jalan Menuju Kasih yang Lebih Tinggi
Mengapa harus ada kesulitan? Mengapa harus ada ujian? Bukankah
Allah Maha Pengasih dan Penyayang? Ini adalah pertanyaan eksistensial yang
sering kita tanyakan saat hidup terasa berat, saat musibah datang silih
berganti, dan ketika harapan seolah jauh dari kenyataan.
Padahal, dalam pandangan Islam, ujian bukanlah tanda kebencian
Allah. Sebaliknya, ujian adalah jembatan yang harus dilalui untuk mengakses
rahmat dan keberkahan-Nya yang lebih tinggi. Dalam surah Al-Baqarah ayat
155-157, Allah menyatakan akan menguji manusia dengan sedikit rasa takut,
lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Tapi di balik semua itu, Allah
menyebut bahwa ada kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Mereka itulah
yang akan mendapat rahmat dan petunjuk dari Allah.
Kesulitan dalam hidup bukanlah hukuman. Ia adalah sarana pendidikan
jiwa. Melalui kesulitan, Allah mengasah potensi manusia. Seperti pedang yang
ditempa dalam api untuk menjadi tajam, begitu pula manusia diuji untuk menjadi
pribadi yang kuat, tulus, dan ikhlas. Tanpa ujian, seseorang mungkin tidak akan
pernah tahu betapa besar kemampuan dan potensi dirinya.
Pertanyaan-pertanyaan Jiwa: Kenapa Harus Saya?
Seringkali, dalam menghadapi ujian, manusia melontarkan pertanyaan
yang bersumber dari kegalauan jiwa: “Kenapa harus saya?” “Kenapa hidup ini
berat?” “Mengapa tidak seperti orang lain yang terlihat lebih mudah?”
Pertanyaan ini adalah bagian dari proses pencarian makna. Tidak ada yang salah
dengan bertanya, tapi jawaban atas pertanyaan itu memerlukan perluasan
perspektif.
Pertama, penting untuk memahami bahwa setiap orang punya ujian
masing-masing. Ada yang diuji dengan kekurangan, ada pula yang diuji dengan
kelimpahan. Ada yang diuji melalui orang-orang tercinta, dan ada pula yang
diuji melalui dirinya sendiri. Allah, dalam pengetahuan-Nya yang Maha Luas,
tidak pernah salah memilih ujian untuk hamba-Nya. Semua sudah diukur, ditakar,
dan disesuaikan dengan kapasitas kita. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah
ayat 286: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
Kedua, kita perlu menyadari bahwa setiap pilihan hidup memiliki
konsekuensi. Jika kita memilih untuk hidup bermakna, ingin menjadi orang besar,
atau ingin membawa perubahan, maka tantangannya pun akan besar. Tidak mungkin
seseorang menjadi pemimpin hebat tanpa pernah mengalami kegagalan. Tidak
mungkin menjadi ulama besar tanpa belajar dengan sungguh-sungguh. Bahkan para
nabi pun diuji dengan ujian paling berat. Maka jika ingin mendapatkan balasan
yang luar biasa dari Allah, sudah sewajarnya kita ditempa lebih berat
dibandingkan orang lain.
Potensi Tersembunyi yang Terungkap dalam Kesulitan
Terkadang kita tidak tahu bahwa dalam diri kita terdapat potensi
besar yang tersembunyi. Potensi itu tidak akan muncul jika tidak dipaksa keluar
oleh keadaan. Dalam kondisi nyaman dan aman, manusia cenderung terlena. Tapi
ketika ditimpa musibah, di situlah dia mulai menggali kekuatan terdalamnya.
Seorang ibu yang kehilangan suami bisa berubah menjadi perempuan tangguh yang
sanggup membesarkan anak-anaknya sendiri. Seorang pemuda yang gagal dalam
karier bisa menjelma menjadi pengusaha hebat karena tidak menyerah.
Allah menciptakan kesulitan bukan untuk menjatuhkan, melainkan
untuk membentuk. Maka ketika hidup terasa berat, bersabarlah. Bisa jadi itulah
cara Allah menunjukkan kasih sayang-Nya dengan cara yang tidak biasa.
Melampaui Harapan Manusia: Kasih Sayang Allah Lebih Luas dari Doa
Sering kali kita berharap pada hal-hal yang kita anggap terbaik.
Kita berdoa dan berharap agar Allah mengabulkan keinginan kita. Namun, ketika
yang terjadi justru sebaliknya, kita kecewa. Padahal bisa jadi, dalam
“penolakan” itu ada kasih sayang Allah yang lebih besar. Allah tahu apa yang
kita tidak tahu. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 216, Allah berfirman: “Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu
tidak mengetahui.”
Kasih sayang Allah tidak selalu hadir dalam bentuk yang kita
harapkan. Kadang hadir dalam bentuk yang kita tolak. Tapi semua itu bagian dari
rencana-Nya yang sempurna. Allah tahu apa yang terbaik untuk setiap hamba-Nya.
Maka orang yang benar-benar beriman tidak hanya berserah dalam doa, tapi juga
ridha dalam kenyataan.
Kesimpulan: Menyadari Kasih Sayang Allah di Tengah Ujian
Kasih sayang Allah itu tak terbatas. Ia meliputi langit dan bumi,
terang dan gelap, suka dan duka. Di dunia ini, kasih-Nya menyentuh semua
makhluk tanpa batas (Rahman). Dan di akhirat, kasih-Nya akan menjadi eksklusif
bagi mereka yang bertakwa (Rahim). Oleh karena itu, ketika ujian datang, jangan
terburu-buru merasa ditinggalkan oleh Allah. Bisa jadi, itulah jalan yang Allah
pilihkan agar kita sampai kepada cinta-Nya yang hakiki.
Hidup ini memang tidak mudah. Tapi dalam ketidakteraturan hidup,
ada tangan Tuhan yang sedang merapikan kita. Dalam setiap derita, ada
pelajaran, ada pembersihan dosa, ada penguatan iman. Maka tetaplah yakin bahwa
semua yang Allah berikan, adalah bukti cinta-Nya. Ujian bukan tanda Allah tidak
peduli. Ujian adalah tanda bahwa Allah sedang membentuk kita menjadi hamba yang
lebih layak untuk menerima Rahim-Nya di akhirat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar