Bayangkan seorang anak kecil yang menginginkan jeruk. Ia menangis,
merengek meminta jeruk karena ia merasa itu yang terbaik dan paling enak.
Namun, sang orang tua—atas saran dokter—tidak memberikannya jeruk, karena jeruk
bisa membuat kondisi kesehatannya memburuk. Sebagai gantinya, orang tua itu
memberikan apel. Sang anak mungkin kecewa, merasa tidak dipedulikan. Tapi
setelah beberapa waktu, ia sadar bahwa ternyata apel lebih baik untuk
kesehatannya saat itu. Inilah cermin dari apa yang sering terjadi antara kita
dan Allah.
1. Keinginan vs Kebutuhan: Dua Hal yang Berbeda
Kita seringkali berdoa dan meminta sesuatu kepada Allah: kelancaran
rezeki, jodoh tertentu, pekerjaan impian, kesuksesan besar, dan lainnya. Tapi
yang kita minta tidak selalu dikabulkan. Kita merasa sedih, kecewa, bahkan
mempertanyakan: "Kenapa doa saya belum juga dikabulkan?"
Padahal bisa jadi, apa yang kita minta itu hanyalah keinginan,
bukan kebutuhan kita yang sesungguhnya. Allah, Yang Maha Mengetahui, Maha
Penyayang, Maha Bijaksana, tentu tidak akan memberikan sesuatu yang bisa
membahayakan hamba-Nya.
Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat ini menjadi pondasi penting dalam memaknai hidup: bahwa tak
semua yang kita sukai itu baik untuk kita, dan tak semua yang tak kita sukai
itu buruk bagi kita.
2. Allah Lebih Tahu Isi Hati dan Masa Depan Kita
Seorang hamba hanya tahu dari apa yang tampak di depannya. Tapi
Allah tahu segala yang tersembunyi—apa yang akan terjadi besok, bulan depan,
tahun depan. Allah tahu jika permintaan kita dikabulkan hari ini, bisa jadi
membawa kemudharatan besar di masa depan. Maka Allah berikan sesuatu yang lebih
baik, meski kita tak menyadarinya saat itu.
Seperti anak kecil tadi, yang tidak memahami bahwa jeruk bisa
memperparah kesehatannya. Ia belum bisa membedakan antara "ingin" dan
"butuh". Maka sebagai orang tua yang penuh kasih sayang, tentu kita
akan memilihkan yang terbaik, bukan menyerah pada rengekan semata.
Begitulah Allah terhadap kita. Dalam hadits disebutkan:
“Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya daripada seorang
ibu kepada anaknya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jika seorang ibu saja begitu perhatian dan tidak akan membiarkan
anaknya makan yang berbahaya, bagaimana lagi dengan kasih sayang Allah?
3. Bersyukur dan Bersabar: Kunci Memahami Takdir
Apa yang perlu kita lakukan saat keinginan kita tidak tercapai?
Bersyukur dan bersabar.
Bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah, karena pastinya
itulah yang terbaik. Bersabar atas apa yang belum atau tidak dikabulkan, karena
pasti di baliknya ada hikmah besar yang belum kita pahami.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, semua urusannya
adalah kebaikan. Jika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur dan itu baik
baginya. Jika tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)
Inilah mental seorang mukmin sejati. Tidak marah saat doanya belum
dikabulkan. Tidak kecewa saat harapannya tak terwujud. Karena dia yakin: Allah
sedang memberikan yang terbaik, meskipun berbeda dari yang ia harapkan.
Penutup: Belajarlah Percaya pada Pilihan Allah
Saudaraku sekalian,
Mari kita belajar mempercayai pilihan Allah. Tugas kita hanyalah berdoa,
berusaha, dan berserah diri sepenuh hati. Jika dikabulkan, kita bersyukur. Jika
ditunda atau diganti dengan yang lain, kita bersabar dan tetap bersyukur.
Karena Allah tidak pernah salah dalam memberi. Bahkan ketika tidak
memberi pun, itu adalah bentuk pemberian terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar